Pelayanan dan kepuasan pemustaka adalah merupakan obyek utama di dalam perpustakaan dikarenakan tanpa pemustaka, perpustakaan tidak ada artinya, dikarenakan itu perpustakaan harus dapat mengimbuhkan terobosan dan mempersiapakan segala keperluan pemustaka cocok bersama dengan standar perpustakaan untuk lebih kompetitif dan dipertahankan slot kakek tua bersama dengan mengimbuhkan kepuasan kepada pemustaka.

Salah satu pekerjaan di dalam melacak prospek, berkomunikasi, melayani dan menghimpun Info adalah kegiatan pustakawan. Pustakawan adalah profesi seorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/pelatihan kepustakawanan serta membawa tugas dan tanggungjawab untuk lakukan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan yang bergelut di bidang buku, majalah/jurnal dan Info lainnya. Pustakawan di dalam lakukan tugas segera bertatap wajah bersama dengan pemusta dan mengimbuhkan pelayanan kepada pemustaka yang meliputi kegiatan yang ada diperpustakaan tersebut.

Dalam organisasi perpustakaan tujuannya adalah untuk lakukan program Tri Dharma perguruan tinggi. Oleh dikarenakan itu, perpustakaan berorientasi kepada pemustaka dimana faedah bekerjasama untuk memahami, melayani, dan memuaskan pemustaka. Kebutuhan pemustaka harus dipahami secara benar dan efisien. Pemantauan dan pengukuran terhadap kepuasan pemustaka udah jadi hal yang esensial bagi tiap tiap perpustakaan.

Perhatian terhadap keperluan pemustaka bersama dengan langkah memandang keperluan serta kepuasan atas pelayanan jadi faktor kunci untuk keberhasilan.
Indikator Pengukuran Kepuasan Masyarakat (IKM) KEMENPAN NO KEP/25/M.PAN/2/2004.
▪ Prosedur
▪ Persyaratan pelayanan
▪ Kejelasan petugas peayanan
▪ Kedisiplinan petugas pelayanan
▪ Tanggungjawab petugas pelayanan
▪ Kemampuanp etugas pelayanan
▪ Kecepatan pelayanan
▪ Keadilan meraih pelayanan
▪ Kesopanan dan keramahan petugas
▪ Kewajaran ongkos pelayanan
▪ Kepastian ongkos pelayanan
▪ Kepastian jadwal pelayan
▪ Kenyamanan lingkungan
▪ Keamanan pelayanan
▪ Unsur lain yang relevan bersama dengan karakteristiknya

Prinsip pegukuran kepuasan masyarakat di atas sebagai dasar yang mengatur interaksi antara manusia hendaknya harus diatur (sifat dan karakter) oleh seorang yang mengambil alih kebijakan di dalam sedia kan pelayanan Info diperpustakaan. Artinya, seseorang yang mengambil alih kebijakan (fungsional) atau apa-pun namanya di perpustakaan tidak membedakan baik status sosial ataupun dikarenakan keterkaitan yang lainnya. Semua mirip rata, mirip rasa, supaya di dalam mengimbuhkan pelayanan ada rasa nyaman diperpustakaan sebagai salah satu daerah mengimbuhkan Info kepada pemustaka.

Sebagai instansi Info maka pelayanan di perpustakaan masih konsisten jadi perhatian pemustaka hingga pas ini, dikarenakan tuntutan keperluan para pemustaka tetap masih belum terpenuhi dan terpuaskan, antara lain pas sarana tidak cukup panjang, koleksi tidak cukup lengkap, sumber energi manusia yang ada masih minim, ruang koleksi asal jadi, titik sarana serta gedung maupun rambu-rambu masih tidak cukup mendukung.

Peran perpustakaan sebagai Unit Pelaksana Teknis di dalam membantu Tri Dharma Perguruan Tinggi, maka harus dipertimbangkan di dalam lebih dari satu hal :

a. Perubahan secara totalitas perpustakaan
Karena perpustakaan perguruan tinggi mengupayakan lakukan pengembangan layanannya berbagai faktor terasa berasal dari manajemen pengolalaannya, sumber energi manusianya, birokrasi organisasinya, potensi dana yang di miliki, kenyamanan ruangan, dan lain sebagainya, maka perlu memerlukan perubahan-perubahan secara totalitas. Karena status perpustakaan dan pustakawan belum ulang setaraf bersama dengan kedudukan fakultas.

Hanya lebih dari satu kampus yang menempatkan Kepala Perpustakaan sebagai anggota senat universitas. Status perpustakaan akan memilih di dalam kebijakan , tenaga, anggaran dan wewenang, yang secara tidak segera akan berpengaruh kepada kualitas layanan.

b. Kebutuhan User education
User education disimpulkan sebagai pendidikan pemakai biasa di sebut bersama dengan orientas pemustaka, namun terhadap dasarnya mirip saja, cuma penyebutannya yang berbeda, jadi user education adalah suatu sistem di mana pemustaka yang pertama kalinya, diberikan pemahaman dan pengertian berkenaan sumber-sumber perpustakaan yang didalamnya juga pelayanan slot garansi 100 dan sumber Info yang saling terkait, serta diajarkan bagamana manfaatkan perpustakaan bersama dengan baik dan dapat membantu pemustaka lakukan penelusuran secara cepat, pas dan efisien.

Tujuan user education itu menjdikan pemustaka yang baik yang menyadari tata teratur terhadap pas di perpustakaan, mengenalkan tata langkah manfaatkan katalog komputer, manfaatkan e-resource sebagai sumber referensi, model koleksi, sarana yang ada diperpustakaan, dan juga diberikan peluang pemustaka untuk bertanya berkenaan seputaran perpustakaan pergurunan tinggi.

c. Sifat kelabilan seseorang.
Apabila manusia sebagai mahkluk yang sempurna udah dihinggapi oleh virus, maka akan muncul jadi rusak di dalam bekerja dan cendrung virus yang ada terhadap dirinya akan menyebabkan kerusakan orang lain. Dengan menyadari sekali, kalau virus udah menyerang, apa itu benda, binatang, tumbuhan atau manusia, akan menyebabkan dirinya timbul bermacam macam penyakit.

Dalam diri manusia virus yang kita kenal adalah berwujud sifat-sifat yang menjadikan seseorang mengalami kelabilan, keangkuhan, egoisme, keras kepala, berasumsi orang lain remeh dan rendah, tidak cukup menghormati pendapat orang lain, tidak cukup terima anjuran orang lain, terasa dirinya yang paling super di dalam segala hal, tidak cukup di sukai banyak para pustakawan dikarenakan kelakuannya, tidak puas orang lain maju dan sukses, kasar dan tidak cukup memotivasi kerja, puas copy paste kerjaan orang lain, kecuali di tanya sok pandai namun kecuali ia jawab tidak menyadari marah-marah dikarenakan ia terasa pandai dikarenakan kepintarannya cuma melalui copy paste.

Dari semua model penyakit hati atau virus di atas adalah suatu hal yang benar-benar menyebabkan kerusakan para pustakawan di dalam berkarir di bidang pusdokinfo yang mempengaruhi sikap orang lain kalau seseorang yang dihinggapinya tidak dapat meredamnya bersama dengan segera dan tetap mengupayakan mengobatinya.

Terkait bersama dengan upaya keberhasilan pelayanan perpustakaan, maka tidak lepas berasal dari landasan dasar terlaksananya sarana yakni diperlukannya sumber energi manusia di dalam mengelola suatu sistem tertentu. Dalam hal ini sumber energi manusia benar-benar diperlukan untuk mengoperasikan sistem, mengelola memiliki rencana sistem dan pelihara mesin serta peralatan yang digunakan oleh sistem (Sobri, 2001: 43-50).

Dengan memberdayakan pemustaka perpustakaan secara maksimal, pihak perpustakaan akan dapat menggembangkan kegiatan dan sarana di dalam segala aspek, dan anjuran pemustaka juga merupakan suatu masukan yang dapat dijadikan suatu bahan kebijakan pimpinan yang proaktif, mensosialisasikan suatu hal yang baru di perpustakaan yang masih banyak pustakawan belum menyadari yang ditimbulkan oleh kemajuan TI dan ilmu pengetahuan, mengaktifkan TUPOKSI stafnya yang sebetulnya dibidang tugasnya supaya tidak tumpang tindih, semua ini ditunaikan di dalam rangka pengembangan perpustakaan itu sendiri, dan tak lupa juga menjadikan pemustaka sebagai mitra kerja di perpustakaan, manfaatkan slot bet kecil serta mengelola TI, Disamping itu terciptanya interaksi komunikatif terhadap pemustaka di perpustakaan.